Berdasakan kamus besar bahasa indonesia yang diterbitkan Balaipustaka ‘dzikir’ mempunyai makna sebagai berikut : a. Puji-pujian kepada Alloh yang diucapkan berulang-ulang
b. Do’a atau puji-pujian berlagu (biasanya dilakukan pada peringatan maulid Nabi).
c. Disamping itu dzikir dalam masyarakat biasanya diartikan mengingat Alloh. Namun ingat disini bukan sekedar ingat atau eling “kata orang jawa”, sebab kalau hanya ingat/eling tanpa ucapan dan tindakan sesuai dengan aturan syar’i dan mengikuti sunah, maka jadinya akan seperti aliran kepercayaan yang dalam ingat/eling tersebut membuat aturan sendiri.
Sedangkan ‘berdzikir’ dalam kamus tersebut diartikan “mengingat dan menyebut berulang-ulang nama dan sifat keagungan Alloh” Untuk menghindari pemahaman dan pelaksanaan yang salah maka perlu ditambahkan kata “Sesuai Dengan Ketentuan Syari’ah”, hal ini penting karena islam mempunyai aturan-aturan (Al-Qur’an dan As-Sunah atau yang biasa disebut hukum syari’ah) dalam pelaksanaan semua ibadah kepada-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman ingatlah Alloh dengan ingatan yang banyak” ( QS : ke-33/ Al-Ahzaab : 41 )
Disamping Dzikir ada kata-kata yang mempunyai makna sangat dekat dengan dzikir yaitu ‘tasbih’ yang bermakna “Puji-Pijian kepada Alloh dan mengucap (menyebut berulang-ulang) Subhanalloh…”, sedang kata ‘bertasbih’ diartikan “Memanjatkan puji-pujian kepada Alloh” : ‘hendaklah kamu ~(bertasbih/berdzikir)~ pada waktu pagi dan petang’.
“….. dan bertasbihlan dengan memuji Tuhanmu sebelum matahari terbit dan sebelum terbenam”. Dan diwaktu malam bertasbihlah kepada-Nya dan sesudah sujud (sholat)”. (QS : ke-50 / Qoof : 39-40)
C. DALIL-DALIL DZIKIR
Sebagaimana disebutkan dalam Pendahuluan bahwa dzikir merupakan instrumen ibadah yang sangat dianjurkan oleh ajaran Islam. Disamping itu titik tekan dari meteri ini adalah agar seseorang dapat merutinkan dzikir dalam setiap keadaan sehingga dapat membentuk pribadi yang memiliki shohihul ibadah, dan selanjutnya Insya’ Alloh akan mampu memelihara pelakunya sepanjang hari dari kemaksiatan dan marabahaya, maka sangat perlu diperhatikan dan diketahui dalil-dalil yang mendasari ibadah dzikir tersebut.
C.1. Dalil-dalil yang bersifat seruan/anjuran untuk melakukan dzikir :
a. Sesungguhnya Aku ini adalah Alloh tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku
b. Dan Sebutlah nama Tuhanmu dalam hati dengan khidmad dan penuh rasa takut dengan penuh kerendahan dan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang dan janganlah engkau termasuk orang-orang yang lalai. (QS : ke-7 / Al-A’roof : 205)
c. “… Alloh memerintahkan untuk memuliakan dan menyebut nama-Nya, bertasbih di dalam rumah itu pada waktu pagi dan petang. Yaitu laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jualbeli dari mengingat Alloh, mendirikan sholat dan menunaikan zakat. (QS : ke-24 /An-Nuur : 36-37)
d.. “Hai orang-orang yang beriman ingatlah Alloh dengan ingatan yang banyak”. ( QS : ke-33/ Al-Ahzaab : 41 )
e. “Hai orang-orang yang beriman apabila diseru untuk sholat pada hari Jum’ah, maka hendaklah kamu bersegera untuk mengingat Alloh dan tinggalkan jual-beli. Demikianlah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui”. (QS : ke-62 /Al-Jumu’ah : 9)
C.2. Dalil-dalil yang bersifat Peringatan.
a. “Sesungguhnya setan itu bermaksud untuk menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu disebabkan (minuman) khomar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Alloh dan mengerjakan sholat, maka hendaklah kamu berhenti”. (QS : Ke-5 / Al Maa’idah : 91)
b. “Sesungguhnya Kami (Alloh) menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih petang dan pagi bersamanya (Daud)”. (QS : Ke-38 / Shaad : 18)
c. “Hai orang-orang yang ber janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Alloh. Barang siapa yang berbuat demikian, mereka itulah orang-orang yang merugi”. (QS : ke-63 / Al-Munafiquun : 9)
d. ”…. Sesungguhnya aku sangat menyukai yang baik dari (sebab) mengingat Tuhanku” Sehingga ia (kuda-kuda) terlindung dengan dinding (tiada terlihat lagi)”. (QS : Ke-38/ Shaad : 32)
C.3. Dalil-dalil yang bersifat Ancaman
a. “…… Maka celakalah bagi orang-orang yang keras hatinya dari mengingat Alloh. Mereka itulah dalam kesesatan yang nyata”. ( QS : Ke-39 /Az-Zumar : 22 )
b. “Dan barang siapa yang berpaling dari mengingat (Alloh) yang maha pengasih, niscaya kami sertakan setan atasnya, maka ia (setan) adalah teman baginya”. (QS : Ke-43 /Az-Zukhruf : 36)