Sikap kita terhadap cobaan

Kita tidak cukup kuat menghadapi persoalan hidup yang kecil sekali pun tanpa bantuan dan rahmat Allah.

Dalam mencapai suatu cita dan keinginan, jalan yang harus dilalui tidaklah mulus dan datar-datar saja, akan ada belokan lalu sedikit turunan dan tanjakan, kerikil dan sempitnya jalan akan kita lalui. Seorang pembalap kelas dunia pun juga mengalami kesulitan jika menyusuri jalan itu. Dia harus hati-hati dan memiliki strategi yang jitu untuk dapat segera sampai ke garis finis. Begitu pun kita. ”Tidaklah diciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”

Ada kata kunci dalam kutipan arti ayat Adz Dzariyat : 56 di atas bahwa manusia itu sebagai makhluk atas dasar untuk beribadah pada Allah, tidak ada yang lain. Ketika kita menyadari bahwa tujuan kita hidup hanya beribadah kepada Allah….Berarti aktivitas yang kita lakukan di dunia pun adalah bentuk ibadah-ibadah kita kepada Allah, termasuk penyikapan kita terhadap cobaan yang Dia berikan.

Suatu ketika seorang anak kecil ingin belajar berjalan dan berlari. Anak itu memegang tangannya di tembok lalu merambat di sisi dinding. Beberapa kali dia jatuh dan duduk. Dia menangis, namun dia tidak berhenti. Dia bangkit kembali. Dengan posisi tubuh yang masih goyang, dia berdiri. Dia tegakkan kakinya dan mulai berjalan kembali. Dua kali mencoba sampai orang tua yang melihatnya pun tertidur, namun dia terus mencoba. Ketika orang tuanya terbangun, si anak sudah jauh berjalan. Surprise ! Anak bisa berjalan lebih jauh dari yang dibayangkan !

Apakah dengan mudah anak bisa berjalan apalagi berlari ? Ada tahapan dan fase-fase yang harus dilalui anak. Begitu pun halnya dengan kita. Saat kita dirundung cobaan, ada fase yang harus kita lalui. Kita akan masuk ke fase yang merasa diri kita lemah, fase kesadaran, lalu ke fase memohon, dan bersikap.

Dalam perkembangan anak pun fase-fase harus dilalui. Biasanya, anak yang tidak melewati salah satu fase, di kemudian hari akan mengalami gangguan dalam perilakunya karena dalam fase-fase itu ada pembelajaran. Manusia diberi cobaan itu juga sebagai pembelajaran bagi dirinya dan orang lain. Lihat saja, kalau tidak ada kisah Fir’aun dengan sikap sombongnya, yang menganggap dirinya ’tuhan’, maka kita tidak akan pernah belajar darinya. Bisa jadi akan banyak Fir’aun di zaman sekarang.

Pernah dengan kisah Ashhabul Kahfi ditulis dalam Al Qur’an, yang diberi cobaan ketauhidan dengan berjuang mati-matian agar imannya tidak tercerabut dalam hati mereka hingga mereka rela meninggalkan kesenangan di dunia luar dan berdiam di gua ? Kalau tidak karena cobaan itu, kisah mereka mungkin tidak akan pernah kita dapatkan di dalam Al Qur’an. Ada yang mereka lakukan saat itu ? Mereka tak berdaya. Mereka hanya memohon setelah berjuang dengan segenap kemampuan yang mereka miliki. Apa yang terjadi setelah ibadah mereka ? Apakah Allah menyia-yiakan usaha dan doa yang telah mereka lakukan ? Tidak pernah sekali pun Allah akan menyia-yiakan usaha umat-Nya untuk menuju kebaikan. Saat pasrah, Allah menolong mereka. Tidak ada yang berhak dimintai pertolongan kecuali Allah. Allah menyelamatkan jasad dan keimanan mereka hingga beratus-ratus tahun lamanya.

Pernah dengar kisah Yusuf dan Zulaikha ? Cobaan bagi nabi Allah itu adalah wanita ? Apa yang membuat Yusuf a.s. bertahan dan berhasil melewati cobaan itu ? Keimanan dan rasa takut pada Allah. Bermacam-macam cobaan yang Allah berikan kepada makhluknya, jin dan manusia. Cobaan yang menjadikan kesenangan hidup dan cobaan yang terkadang membuat kita bersedih.

Di saat kita mendapatkan kesenangan hidup, kita merasa dunia ini hanya milik kita sehingga kita lalai dengan alam sekitar kita. Ketika kita diberi kesulitan, kita merasa Allah pergi dari kita padahal sebenarnya Allah ingin melihat apa yang bisa kita lakukan saat itu. Subhanallah, Allah guru yang Maha Guru. Dia tidak memberi nilai yang bagus tanpa ujian dan kerja keras dari yang dididik-Nya. Dia akan terus memantau hamba mana yang layak diberi reward dan mana pula yang diberi-Nya funishment. Funishment yang Allah berikan pun sifatnya mendidik. Dia tidak hendak menghukum tanpa maksud tertentu.

Cobaan yang ada hendaknya disyukuri. Boleh menangis, namun harus bangkit kembali karena hidup akan terus bergulir hingga batas waktu yang diberikan-Nya habis dan diakhiri dengan kalimah tauhid Laa illaha illallah. Yang merupakan akhir cobaan di dunia.

NB :
Siapa pun Anda dan saya, semua kita tidak akan pernah terlepas dari cobaan. Cobaan yang ada tidak pernah melampaui kemampuan kita untuk mengatasinya. Saya pernah diberi cobaan dicerca oleh orang yang dalam keadaan ‘stres berat bisa dibilang schizophren’ dengan kata-kata yang tidak pernah bisa saya bayangkan dan gaya yang membuat saya tercegang hingga saya menangis, namun saya bisa melewatinya. Setelahnya saya jadi tahu bahwa semua bisa terjadi. Cobaan yang paling kita takuti, itulah sebenar-benar cobaan.

Untuk para sahabat yang sedang mengalami cobaan, syukurilah bahwa sang Maha Guru sedang melihat, menimbang, menilai, dan memutuskan apakah kita layak mendapatkan keinginan hati kita.

Akhirnya, saya hanya bisa berkata sabarlah saat kesulitan datang dan bersyukurlah jika diliputi kesenangan.
Man jadda wajadda
 

Panji Rasulullah Copyright © 2008-2009 | Edited By : Copyright Tanpa Nama