Sebab sebab Jiwa Gersang

* Syubhat (keragu-raguan), yaitu keragu-raguan di dalam agama. Syubhat menjadi langkah awal seseorang terjun kepada hal-hal yang diharamkan Allah. Orang bilang "remang-remang". Biasanya jika telah tergelincir ke dunia remang-remang, maka sulit untuk menghindarkan perbuatan yang dilarang Allah.

* Syahwat (hawa nafsu), yaitu menurutkan hawa nafsu, mengalahkan hati nurani dan ketaatan pada ajaran agama. Apabila nafsu sudah menguasai diri, maka hidup sebagai insan berubah seperti kehidupan hewan. Hidup hanya untuk bersenang-senang bagi diri sendiri, tidak terpikir hak saudara dan hak orang lain. Bagi insan yang menurutkan hawa nafsunya, semua jalan yang menguntungkan dirinya adalah halal. Memang syahwat merupakan fitrah manusia, namun harus dijaga supaya berjalan sesuai kaidah yang ditentukan Allah.

* Ghodhob (luapan emosi), yaitu kemarahan yang tidak terkendali. Hati yang dikuasai amarah menjadi mudah tersinggung, ketika salah dibetulkan, malah marah, jika lupa, diingatkan, malah mencak-mencak, apabila dikritik, malah naik pitam, akhirnya terus berjalan menurut kehendaknya sendiri tanpa ada agama, tuntunan dan bimbingan. Lebih fatal lagi terus mengambil sikap bahwa orang-orang yang tidak sejalan dengan pemikirannya dianggap musuh.

* Takabur (kesombongan diri), sikap ini biasanya dimulai dengan kepercayaan diri yang terlalu tinggi, menganggap dirinya paling hebat, sehingga saran dan pertimbangan yang datang dari orang lain tidak pernah diperhatikan, akhirnya dia berjalan dengan kemauannya sendiri. Karena sikap takabur, maka cepat atau lambat akan terperosok ke dalam kesalahan yang lebih dalam, dan akibatnya memperoleh kehancuran dan penderitaan yang berkepanjangan. Kesombongan yang paling ditakutkan adalah menganggap diri paling hebat, menganggap diri dari keturunan terhormat, dan selalu membangga-banggakan diri. Sesungguhnya kesombongan itu hanyalah pakaian Allah semata.

* Hirsh (keinginan tak terbendung/ketamakan), yaitu terlalu banyak kemauan yang mengantarkan seseorang menjadi lupa diri. Lupa diri artinya sudah tidak memikirkan kemampuan dan kekuatan serta keperluan dirinya. Karena hanya menurutkan kemauan yang tinggi itulah Adam dan Hawa harus keluar dari surga karena melanggar aturan. Keinginan yang berlebih-lebihan banyak menyebabkan orang menjadi salah kaprah. Apa yang dilihat dan dianggap bagus, ia berharap memilikinya.

* Hasad (iri hati), yaitu sifat yang mengharapkan hilangnya nikmat yang diperoleh orang lain dan pindah kepada dirinya. Iri hati yang terlampau tinggi, bisa menjuru kepada penyebaran isu dan fitnah, membicarakan aib orang lain dan mencari-cari alasan untuk membenarkan pendapatnya. Lebih jauh lagi, orang yang hasud akan berupaya menyaingi kehidupan orang yang tidak disukainya, meski cara memperolehnya dengan jalan tercela, mengharapkan semua nikmat yang ada pada orang lain menjadi miliknya sendiri. Kalau sudah demikian, apa yang dilakukan tidak lain adalah hanya menghancurkan diri sendiri.

* Ghaidh (dendam), yaitu sikap tidak puas yang terus membara dan terpendam di dalam diri. Pada saat yang ia anggap tepat, ketidakpuasan ini akan dilampiaskan dengan melakukan tindakan destruktif, merugikan orang yang dibencinya, merugikan orang banyak, dan sebenarnya juga merugikan diri sendiri. Dendam membara seperti itu, menyebabkan orang tidak memikirkan hal-hal lain, jiwanya menjadi kosong dan gersang, yang dirasakan hanyalah kebencian dan yang dipikirkan hanyalah bagaimana dendam itu terbalas.

Kegersangan jiwa terjadi karena dibiarkan terus menerus diisi dengan sifat-sifat yang menjadikannya gersang, menyerah pada jiwa fujur (jahat) dan mengabaikan jiwa taqwa (taat). Padahal Allah menciptakan kedua jiwa tersebut menjadi pakaian manusia, seperti firman Allah (QS As-Syams:8), ...maka Allah ilhamkan kepada jiwa itu berupa fujur (kejahatan) dan taqwa (ketaatan). Astaghfirllaahalazhiim!
 

Panji Rasulullah Copyright © 2008-2009 | Edited By : Copyright Tanpa Nama