Sungguh luar biasa dahsyat ketika Allah menunjukkan Keperkasaan-Nya. Kata-kata menjadi tumpul, tak mampu menggambarkannya. Kita seakan tak percaya bahwa malapetaka yang sedikit pun tak terbayangkan oleh kita, bisa benar-benar terjadi, jika Allah menghendaki. Apa yang difirmankan dalam surat Al-Qaari'ah ayat 5, misalnya, ''dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan,'' bukanlah sekadar puisi yang diindah-indahkan.
Setelah menyaksikan sendiri bencana tsunami yang sangat mengerikan itu, kita disadarkan dan diyakinkan bahwa tak ada yang mustahil bagi Allah. Segala peristiwa yang paling ajaib, bahkan seribu kali lebih dahsyat dari bencana di Aceh sekali pun, sangatlah sepele bagi Allah.
Sesungguhnya sangat banyak ayat dalam Alquran yang mengungkap berbagai keajaiban, baik keajaiban yang memesonakan, menakjubkan, menyedihkan, maupun yang menyengsarakan. Tentang gempa, misalnya, dalam Glosari Alquran yang disusun Muhammad Chirzin (Lazuardi, 2003), secara eksplisit disebutkan ada tiga ayat dari dua surat; Al-A'raaf 78 dan 91, serta Al-'Ankabuut 37.
Ketiganya berkisah tentang kutukan kepada para penentang Nabi Shaleh, Luth, dan Nabi Syu'aib. Salah satu di antaranya adalah: ''Maka mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka.'' (Al-'Ankabuut 37).
Ketiga ayat tersebut secara gamblang menyebutkan bahwa gempa terjadi bukan semata-mata peristiwa alam, melainkan ciptaan Dzat Maha Perkasa yang memiliki dan menguasai seluruh alam ini. Mengapa Allah menciptakan bencana? Wallahu a'lam, hanya Allah SWT Yang MahaTahu.
Kita hanya sejumput debu yang tak memiliki daya apa pun di hadapan-Nya. Kita wajib percaya bahwa di balik setiap bencana selalu ada hikmah yang tersembunyi. Tugas kitalah untuk menguak tabir rahasia itu.
Ibnu Taimiyyah dalam salah satu kitabnya, Al-Hasanah was-Sayyiah, memberi argumen, sangat tidak masuk akal jika Allah bermaksud menyengsarakan manusia. Itu amat bertentangan dengan sifat-Nya Yang Rahman dan Rahim. Allah Maha Suci dan Maha Benar, karena itu terjaga dari segala perbuatan kotor, keji, dengki, dendam, ataupun khilaf. ''Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri,'' tulis Ibnu Taimiyyah mengutip Al-An Nisa' 79.
Untuk memahami itu, tak ada lain, kita perlu sikap rendah hati dan bertanya pada diri sendiri: Adakah kesalahan yang kita lakukan selama ini hingga laut dan bumi Aceh yang indah dan kaya itu berubah menjadi bencana? Dalam Islam, sikap rendah hati ini cerminan dari takwa yang, di satu pihak kita diwajibkan untuk pasrah, dan di lain pihak diperintahkan berusaha tanpa mengenal putus asa. Dalam berusaha itulah akan datang harapan. Dan, Islam sesungguhnya adalah harapan itu.